Pergulatan manusia untuk memenuhi
ambisinya seakan tidak akan pernah mencapai titik jenuh setiap abad yang
terlangkahi merupakan pelajaran bagi terbentuknya peradaban baru, terbentuknya
keyakinan baru, terbentuknya tuhan-tuhan baru, hanya saja setiap kemajuan yang
dicapai oleh umat manusia harus dibayar mahal dengan menipisnya keimanan, tentu
saja hal ini tidak akan terjadi jika saja manusia selalu yakin pada prinsip “
ilmu pengetahuan tanpa agama buta, agama tanpa ilmu pengetahuan lumpuh “ , bagi
mereka yang belajar ilmu pengetahuan saja tanpa dibarengi oleh nilai-nilai
agama maka tujuan mereka belajarpun sudah akan bergeser kearah keuntungan
duniawi saja, pada akhirnya yang terjadi adalah ukuran besar kecilnya Rupiah
dan Dollar yang didapat dari hasil ilmu yang mereka pelajari, bukannya manfaat
ilmu tersebut.
Didalam riwayat dikisahkan nabi Muhamad
SAW pernah berkata didepan para sahabatnya tentang akan terjadinya jaman dimana
manusia pada jaman itu akan disibukan dengan urusan dunia saja. Segala bentuk
kegiatan, bahkan pikiran pun tercurah hanya untuk kebutuhan dunia saja, ukuran
derajat kemuliaan manusiapun diukur berdasarkan harta yang dimiliki bukan budi
pekerti, Rupiah dan Dollar menjadi tujuan akhir manusia.
Shalat, zakat dan perintah Allah SWT
lainnya tetap dilaksanakan, hanya saja manusiapun selain menyembah Allah SWT
tanpa terasa menghamba pada harta, jabatan, dan kehidupan duniawi lainnya. Jika
kita melihat dan tidak malu untuk mengakui maka sebetulnya manusia Indonesia
telah berada dalam garis kehidupan seperti yang diramalkan oleh Rosululloh SAW.
Kehidupan sekulerisme dan kapitalisme
seakan terus menerus meneror umat islam Indonesia, budaya, gaya hidup, yang
berasal dari Negara barat seolah tiada puas untuk mengkikis akidah dan ajaran
islam. Pada akhirnya tanpa sadar umat islam telah tergantung pada pola hidup
sekulerisme dan terjebak dalam lingkaran syetan, susah untuk keluar namun tetap
selalu ada waktu untuk mencoba.
Keberadaan sebagian saudara kita seiman
yang berani menentang pun dibalas dengan cemoohan dan umpatan tidak sedikit
mereka dihina dengan tertawaan dan lontaran kalimat yang menyakitkan, indikator
dari munculnya tuhan baru bisa kita lihat dari perdebatan antara maksiat dan
perbuatan maksiat baru-baru ini yang berlindung kepada saktinya kata “ seni ”,
kata yang seharusnya menjadi wakil dari hal-hal yang indah, berubah fungsi
menjadi pelindung dari sekelompok orang yang mengatasnamakan “ seni “ tersebut
untuk kepentingan penggalian Rupiah dan Dollar, apapun bentuk perbuatan asalkan
menghasilkan Rupiah dan Dollar yang banyak maka halal bagi mereka untuk
dilakukan maka “ seni “ lah menjadi kendaraan tumpangan mereka untuk
mengenalkan maksiat pada manusia (selain untuk Rupiah dan Dollar tentunya ).
Sudah menjadi kewajiban bagi pelaku seni sesungguhnya untuk kembali
membersihkan seni dari tumpangan para pelaku maksiat.
Namun hal itu hanya merupakan sebagian
kecil dari pergeseran nilai akidah, pergeseran sesungguhnya dapat kita temui
pada kehidupan sehari-hari bahkan sangat mungkin kita yang telah berusaha
menjaga diri kita dari pergeseran nilai moral serta akidah tanpa terasa sudah
masuk dalam jebakan syetan dengan menghambakan diri kita pada Rupiah dan Dollar.
Tentu saja kita selaku umat Islam tidak
boleh berada dalam garis kemiskinan seperti yang pernah diucapkan Rosululloh
SAW “ Kefakiran mendekatkan manusia pada kekufuran “ atau perintah mencari
harta yang halal oleh Allah SWT, yang perlu diingat hanyalah cara dan bagaimana
menggunakan Rupiah dan Dollar tersebut tanpa harus membuat kita menjadi hamba
dari Rupiah, Rupiah, Dollar ataupun apapun namanya. Selain perintah untuk
mencari harta di jalan yang halal Allah SWT memerintahkan kita sebagai umat
Islam untuk tiada henti mencari ilmu dengan kata lain penguasaan teknologi di
segala bidang harus dikuasai oleh umat Islam sehingga pengunaan teknologi
tersebut akan selalu berada dalam dan atau untuk kepentingan umat yang lebih
beradab, bukan malah menenggelamkan umat kearah kolam dosa seperti sekarang
ini.
Haruskah kita tanpa sadar menjadi
bagian penting atas lahirnya Tuhan baru, menjadi umat yang dengan santainya
menikmati suguhan syetan dan dengan yakinnya menawarkan suguhan tersebut pula
pada saudara kita, sadarlah bahwa umat Islam sekarang ini telah terlena dengan
pola hidup yang ditularkan oleh kaum barat sekuler, sadarkah makanan cepat saji
yang sering kita santap adalah makanan yang membawa penyakit, selain tentu saja
setiap rupiah yang kita belanjakan untuk membeli produk cepat saji akan lebih
memberikan kemapanan ekonomi pada pemiliknya yaitu kaum barat sekuler sehingga
mereka dengan sangat mudahnya mengontrol kehidupan kita.
Sudah saatnya kita kembali pada pola
hidup Islami, kehidupan yang akan menguntungkan siapa saja di dunia dan
akhirat, kembali ke kehidupan dimana Al-Quran bukan hanya menjadi hiasan rak
buku di perpustakaan rumah kita, kehidupan yang dihiasi ketinggian ahlak kaum
wanitanya yang diantaranya dengan penuh keyakinan selalu membantu menutup mata
kaum lelaki dengan cara tidak memperlihatkan aurat mereka kepada lelaki bukan
muhrimnya. Kehidupan dimana umat Islam bersatu saling membantu meningkatkan
kualitas hidup, saling nasihat-menasihati dalam kebaikan, mendukung satu sama
lain dalam kebenaran. Mulailah dari hal kecil dalam kehidupan kita, maka Insya Allah
akan tercapai, tidak mudah memang tapi kalau bukan kita yang mencoba lalu
siapa? ( Wallohu’alam Bishowhaf ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar