Rabu, 23 Desember 2015

Zina OK ..... Poligami NO .... sebuah Anomali Kehidupan

Hiruk pikuknya kehidupan manusia di muka bumi ini berbuah pada bermunculan nya paradigma-paradigma dalam kehidupan. Segala sesuatu yang terjadi dipahami, dinilai dan dikerjakan lebih banyak berdasarkan akal pikiran manusia. Memang tidak sepenuhnya salah, dan tidak bisa kita pungkiri, banyak hal-hal baik yang dihasilkan dari paradigma tersebut yang pada akhirnya membahagiakan dan men-sejahterakan kehidupan manusia.

Hasil-hasil baik inilah yang justru banyak sekali manusia terjerumus di dalamnya, yaitu berupa penghambaan terhadap akal pikiran dan perasaannya, sehingga semua lebih banyak di logika kan dengan akal pikirannya.

Perkembangan kebudayaan manusia telah melahirkan kelompok-kelompok manusia baru seperti kaum hedonisme, kaum LGBT, kaum atheis dan lain sebagainya. Kelompok-kelompok ini lebih mengedapankan akal pikiran dan perasaan mereka dalam menyelesaikan setiap problem kehidupan termasuk di dalamnya masalah hubungan pernikahan antar manusia, yang penting suka sama suka dan tidak mengganggu orang lain.


Kalau kita perhatikan jumlah manusia dibumi di tahun 2015 ini sekitar 6.5 milyar, dimana sekitar 16.4% kaum atheis (tidak percaya adanya Allah), belum lagi pemeluk agama baik Islam, Kristen, Katholik yang menjadi penganut kaum hedonisme dan LGBT, maka bukan tidak mungkin bahwa hasil pemikiran-pemikiran mereka menjadi "trademark" dan bahkan menjadi standard "kebenaran" baru yang ada di masyarakat.

Pemikiran-pemikiran kelompok ini sudah masuk sendi-sendi kehidupan manusia di dunia baik melalui hasil "Hukum dan Undang-undang" negara, kurikulum pendidikan formal dari anak-anak sampai dengan mahasiswa, media televisi dan radio, trend fashion, life style, dan lain-lain yang sangat banyak sekali jumlahnya.

Suka atau tidak suka, menerima atau tidak, kita semua merasakan dan harus menghadapi ini semua. Lebih spesifik penulis mencoba untuk membahas tentang hubungan antara manusia dalam pernikahan.

Kita jumpai sekarang ini sudah ada beberapa negara yang mengakui pernikahan "sesama jenis", menganggap hal biasa ketika laki dan perempuan tinggal serumah walaupun tanpa ikatan pernikahan, bahkan sudah memiliki anak pun belum menikah juga.

Sering kita baca di media tv maupun media cetak bahwa beberapa aktris dan aktor papan atas dunia, bintang sepak bola dunia, dimana mereka sudah memiliki anak dari pasanganya, namun belum terjadi proses pernikahan. Lebih parah lagi para aktor, aktris, bintang sepak bola tersebut ternyata menjadi acuan / idola dari begitu banyak manusia untuk menjadi contoh dan teladan dalam mengarungi dan memaknai kehidupannya.

Sehingga bukan hal yang aneh dan mustahil kalau sebagian besar manusia ini lebih cenderung kepada pemikiran "Zina OK.... Poligami NO"

Paradigma-paradigma yang penulis sampaikan diatas, pastilah hasil pemikiran manusia, bukan kebenaran yang disampaikan Allah dan Rasul-rasulnya.

Allah yang telah menciptakan alam semesta beserta bumi dan makhluk hidup didalamnya, termasuk manusia. Tentulah Sang Pencipta tahu betul tentang sifat dan karakter ciptaan Nya, dan tahu betul apa yang akan terjadi kaitannya dengan manusia dan nafsu seks nya.

Dalam Al Qur'an surat An Nisa ayat 3, Allah secara jelas menyampaikan kepada manusia lewat Rasulnya, bahwa diperbolehkan seorang laki-laki menikahi dua, tiga atau empat wanita. 

Bagi seorang muslim, wajib hukumnya untuk mengakui bahwa yang Allah sampaikan dalam surat An Nisa tersebut pasti sebuah kebenaran dan solusi terbaik untuk makluk ciptaan Nya.

Pengingkaran kebenaran walaupun hanya terhadap 1 ayat di dalam Al Qur'an, bukan perkara yang ringan dan sepele, bahkan sebagian ulama menyebut bahwa orang tersebut sudah keluar dari agama Islam, ini sungguh sebuah konsekuensi yang sangat berat, utamanya di akhirat nanti.

Perkara dimana menikahi lebih dari 1 istri yang kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang tak bermoral sebagai pelampiasan nafsunya tanpa mau bertanggung jawab terhadap istri dan anaknya, ini perkara yang lain. Bukan Al Qur'an nya yang salah, namun oknum orangnya yang memang memiliki tabiat/akhlak yang buruk.

Sesungguhnya kebenaran hanya milik Allah, jangan karena kemampuan akal pikiran kita yang tidak mampu memahami ayat tersebut, lalu menjadikan kita menyalahkan kebenaran Allah. 

Penulis yakin pada saatnya nanti Allah akan tunjukkan kepada semua manusia tentang kebenaran ayat tersebut. amiin...

Abi Izzat




Tidak ada komentar:

Posting Komentar