Rabu, 23 Desember 2015

Zina OK ..... Poligami NO .... sebuah Anomali Kehidupan

Hiruk pikuknya kehidupan manusia di muka bumi ini berbuah pada bermunculan nya paradigma-paradigma dalam kehidupan. Segala sesuatu yang terjadi dipahami, dinilai dan dikerjakan lebih banyak berdasarkan akal pikiran manusia. Memang tidak sepenuhnya salah, dan tidak bisa kita pungkiri, banyak hal-hal baik yang dihasilkan dari paradigma tersebut yang pada akhirnya membahagiakan dan men-sejahterakan kehidupan manusia.

Hasil-hasil baik inilah yang justru banyak sekali manusia terjerumus di dalamnya, yaitu berupa penghambaan terhadap akal pikiran dan perasaannya, sehingga semua lebih banyak di logika kan dengan akal pikirannya.

Perkembangan kebudayaan manusia telah melahirkan kelompok-kelompok manusia baru seperti kaum hedonisme, kaum LGBT, kaum atheis dan lain sebagainya. Kelompok-kelompok ini lebih mengedapankan akal pikiran dan perasaan mereka dalam menyelesaikan setiap problem kehidupan termasuk di dalamnya masalah hubungan pernikahan antar manusia, yang penting suka sama suka dan tidak mengganggu orang lain.


Kalau kita perhatikan jumlah manusia dibumi di tahun 2015 ini sekitar 6.5 milyar, dimana sekitar 16.4% kaum atheis (tidak percaya adanya Allah), belum lagi pemeluk agama baik Islam, Kristen, Katholik yang menjadi penganut kaum hedonisme dan LGBT, maka bukan tidak mungkin bahwa hasil pemikiran-pemikiran mereka menjadi "trademark" dan bahkan menjadi standard "kebenaran" baru yang ada di masyarakat.

Pemikiran-pemikiran kelompok ini sudah masuk sendi-sendi kehidupan manusia di dunia baik melalui hasil "Hukum dan Undang-undang" negara, kurikulum pendidikan formal dari anak-anak sampai dengan mahasiswa, media televisi dan radio, trend fashion, life style, dan lain-lain yang sangat banyak sekali jumlahnya.

Suka atau tidak suka, menerima atau tidak, kita semua merasakan dan harus menghadapi ini semua. Lebih spesifik penulis mencoba untuk membahas tentang hubungan antara manusia dalam pernikahan.

Kita jumpai sekarang ini sudah ada beberapa negara yang mengakui pernikahan "sesama jenis", menganggap hal biasa ketika laki dan perempuan tinggal serumah walaupun tanpa ikatan pernikahan, bahkan sudah memiliki anak pun belum menikah juga.

Sering kita baca di media tv maupun media cetak bahwa beberapa aktris dan aktor papan atas dunia, bintang sepak bola dunia, dimana mereka sudah memiliki anak dari pasanganya, namun belum terjadi proses pernikahan. Lebih parah lagi para aktor, aktris, bintang sepak bola tersebut ternyata menjadi acuan / idola dari begitu banyak manusia untuk menjadi contoh dan teladan dalam mengarungi dan memaknai kehidupannya.

Sehingga bukan hal yang aneh dan mustahil kalau sebagian besar manusia ini lebih cenderung kepada pemikiran "Zina OK.... Poligami NO"

Paradigma-paradigma yang penulis sampaikan diatas, pastilah hasil pemikiran manusia, bukan kebenaran yang disampaikan Allah dan Rasul-rasulnya.

Allah yang telah menciptakan alam semesta beserta bumi dan makhluk hidup didalamnya, termasuk manusia. Tentulah Sang Pencipta tahu betul tentang sifat dan karakter ciptaan Nya, dan tahu betul apa yang akan terjadi kaitannya dengan manusia dan nafsu seks nya.

Dalam Al Qur'an surat An Nisa ayat 3, Allah secara jelas menyampaikan kepada manusia lewat Rasulnya, bahwa diperbolehkan seorang laki-laki menikahi dua, tiga atau empat wanita. 

Bagi seorang muslim, wajib hukumnya untuk mengakui bahwa yang Allah sampaikan dalam surat An Nisa tersebut pasti sebuah kebenaran dan solusi terbaik untuk makluk ciptaan Nya.

Pengingkaran kebenaran walaupun hanya terhadap 1 ayat di dalam Al Qur'an, bukan perkara yang ringan dan sepele, bahkan sebagian ulama menyebut bahwa orang tersebut sudah keluar dari agama Islam, ini sungguh sebuah konsekuensi yang sangat berat, utamanya di akhirat nanti.

Perkara dimana menikahi lebih dari 1 istri yang kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang tak bermoral sebagai pelampiasan nafsunya tanpa mau bertanggung jawab terhadap istri dan anaknya, ini perkara yang lain. Bukan Al Qur'an nya yang salah, namun oknum orangnya yang memang memiliki tabiat/akhlak yang buruk.

Sesungguhnya kebenaran hanya milik Allah, jangan karena kemampuan akal pikiran kita yang tidak mampu memahami ayat tersebut, lalu menjadikan kita menyalahkan kebenaran Allah. 

Penulis yakin pada saatnya nanti Allah akan tunjukkan kepada semua manusia tentang kebenaran ayat tersebut. amiin...

Abi Izzat




READ MORE

Hidup dengan "Anggapan"

Berbagai upaya dilakukan dan diupayakan manusia dalam hidup ini agar di anggap sebagai orang baik, orang adil, orang kaya, dan lain sebagainya. Tidak sedikit dari mereka mengorbankan hal-hal yang sebenarnya jauh lebih berharga dan lebih penting dari apa yang dimilikinya, daripada hanya sekedar untuk memperoleh "pengakuan" itu.

Mereka rela berangkat pagi pulang pagi untuk memperoleh kekayaan sebanyak banyaknya, karir yang cemerlang, kehormatan dan pengakuan orang di sekelilingnya, walaupun harus mengorbankan keluarga, mengorbankan perkembangan pertumbuhan anak-anaknya, demi sebuah anggapan dari orang lain bahwa dia orang kaya, orang sukses, pangkatnya tinggi, orang terhormat, orang adil, orang berhati mulia dan lain sebagainya.

Persepsi orang sukses dari sebagian besar manusia ini memang masih milik mereka yang punya rumah mewah, punya mobil mewah, dan punya jabatan tinggi. Tanpa memiliki itu semua, tidak ada yang menyebut sebagai orang sukses. 

Bahkan di masyarakat kita sendiri pun orang akan dihormati ketika pakaian yang dipakai, mobil yang yang dikendarai dan segala hal yang menempel dalam tersebut adalah barang mahal.

Kondisi sebaliknya pun terjadi, yaitu ketika seseorang dengan pakaian sederhana, cukup hanya jalan kaki atau naik kendaraan umum juga diperlakukan oleh umunya masyarakat sebagai kaum marginal yang kurang diakui keberadaannya di masyarakat. 

Pun dia banyak melakukan hal terpuji di masyarakat, banyak membantu sesama, dan terlibat dalam upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, namun tetap saja tidak mendapat pengakuan dari umumnya masyarakat, hanya karena yang bersangkutan kurang mampu, hanya orang biasa, dan tak memiliki pangkat dan kedudukan.

Hal yang lebih parah lagi adalah persepsi ini diwariskan ke anak-anak nya, sehingga di kalangan remaja, anak-anak juga dalam hal menghormati sesama juga kurang lebih sama dengan orang tuanya, bahkan lebih parah. Ditambah dengan kondisi sekarang dimana anak-anak, remaja bahkan orang dewasa lebih asik dengan dirinya sendiri dan telepon selulernya, apapun yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi keinginannya dengan mudah di dapat di internet, group chat lewat telepon selulernya. 

Ditambah lagi banyaknya informasi sampah yang cenderung fitnah, informasi yang belum ter klarifikasi, menghasut demi kepentingan tertentu, dan dengan kondisi tingkat kemampuan pemahaman yang berbeda-beda, sehingga makin memperumit keadaan.

Tentu saja berbagai "Anggapan" masyarakat yang terbentuk dari berbagai informasi yang belum tentu kebenarannya, makin menumbuhkan berbagai anggapan baru yang makin jauh dari fitrah manusia yang sebenarnya yang diajarkan oleh agama. Dalam agama Islam yang penulis anut, sudah sangat jelas dan gamblang dijelaskan bagaimana kita sebaiknya kita menjalani kehidupan ini, bagaimana kita harus bersosialiasi dengan masyarakat sekitar, bagaimana kita wajib saling menghormati, bagaimana kita harus selalu mengacu kepada Al Qur'an dan Hadist dalam bertindak, begitu juga dalam membentuk pribadi kita dan anak-anak kita, bukan membentuk dari "anggapan" orang.

Dalam Islam memiliki kekayaan, jabatan, rumah mewah, dan segala kemewahan lainnya tidak dilarang, bahkan dianjurkan, namun satu hal yang wajib kita miliki adalah jangan sampai "tertipu" dengan semua hal tersebut. Kekayaan yang banyak sebaiknya ada sebagian besar juga dipergunakan untuk membantu sesama, rumah yang mewah sebaiknya di pergunakan untuk berbagai kegiatan yang berguna bagi kepentingan masyarakat. 

Bukankah Nabi Muhammad berpesan kepada kita semua bahwa orang yang terbaik imannya adalah mereka yang paling memberikan kebaikan bagi masyarakat sekitarnya.
Marilah kita muliakan hidup ini bukan berdasarkan bagaimana "anggapan" orang di masyarakat, karena belum tentu anggapan itu sesuatu kebenaran meskipun yang melakukan banyak orang, marilah kita semua hidup berdasarkan apa-apa yang sudah Nabi kita ajarkan buat kita baik tentang akidah, budi pekerti, akhlak dan sebagainya.

Memang masih terdapat perbedaan pendapat tentang bagaimana menempatkan Nabi Muhammad sebagai teladan, ada yang meniru seluruhnya termasuk bagaimana pakaiannya, jenggotnya, disamping aqidah, budi pekerti dan akhlaknya. Namun juga ada yang berpendapat meniru Nabi utamanya pada aqidahnya, akhlak dan budi pekertinya, karena menurut saudara-saudara kita ini Nabi memakai baju gamis dan berjenggot itu adalah sebagian dari culture dari warga arab pada umumnya, karena nabi palsu dan orang kafir qurais pun memakai gamis dan berjenggot.

Penulis dalam hal ini tidak mau menempatkan perbedaan pendapat ini sebagai sesuatu yang wajib di bahas secara detail, penulis lebih melihat bahwa kita adalah saudara seiman dan se islam, sama-sama bersyahadat yang sama, alangkah indahnya kalau kita bisa memahami perbedaan, bersama-sama, bahu membahu membentuk masyarakat Islam yang mengedepankan persaudaraan.

Abi Izzat
READ MORE

Senin, 21 Desember 2015

Nabi Isa as Akan Turun di Langit Damaskus (Fitnah dan Petaka Akhir Zaman)

Sebuah Tinjauan Nubuwah tentang Turunnya Isa as di Akhir Zaman


Kajian tentang kemunculan Al-Mahdi dan keluarnya Dajjal selalu beriringan dengan pembahasan turunnya Nabi Isa as. Kedatangan Isa yang akan memberikan dukungan terhadap Al Mahdi danThaifah Manshurah yang bersamanya, lalu memerangi Dajjal dan membunuhnya merupakan bagian dari keimanan seorang muslim terhadap tanda-tanda kiamat kubra. Turunnya Nabi Isa di akhir zaman adalah masalah akidah yang telah tetap berdasar Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah yang mencapai derajat mutawatir.

Dalil-dalil dari Al-Qur’an
Pertama, firman Allah Ta’ala: Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Az Zukhruf [43]: 57-61).

Konteks ayat-ayat ini bercerita tentang kisah Nabi Isa. Pada akhir rangkaian ayat-ayat tersebut, Allah berfirman وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Maknanya adalah, turunnya Nabi Isa sebelum terjadinya kiamat kelak merupakan pertanda bahwa terjadinya kiamat sudah sangat dekat. Makna ini dikuatkan oleh qira’ah Ibnu Abbas, Mujahid dan sejumlah ulama tafsir lainnya yang membaca ayat ini dengan memfathahkan huruf ‘ain dan lampada lafal la-‘ilmun sehingga menjadi وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِلسَّاعَةِ, yang maknanya adalah ‘Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar merupakan salah satu tanda (dekatnya) hari kiamat’.[1]

Kedua, firman Allah Ta’ala: “Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan ada­lah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” “Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan pada hari kiamat nanti Isa akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisa’ [4]: 157-159).

Ayat-ayat dalam surat An-Nisa’ di atas menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi tidak mampu membunuh Nabi Isa, tidak pula mampu menyalibnya, karena Nabi Isa telah diangkat oleh Allah Ta’ala ke langit lengkap dengan jasad dan ruhnya. Nabi Isa tidak dibunuh dan tidak disalib, tetapi ada orang yang diserupakan dengan Isa di mata mereka, dan orang itulah yang mereka salib sebagaimana firman Allah Ta’ala: Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.

Makna lafazh di dalam firman Allah بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ mengandung arti bahwa Allah telah mengangkat Isa lengkap dengan jasad dan ruhnya, sehingga dengan demikian tercapai bantahan terhadap pengakuan orang-orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh dan menyalibnya, karena pembunuhan dan penyaliban itu hanya terjadi pada jasad saja.

Dalam hal ini, pengangkatan ruhnya saja tidak cukup untuk membantah pengakuan mereka itu. Karena yang disebut oleh Isa itu mencakup badan dan ruh, sehingga tidak cukup dengan hanya menyebut salah satu dari kedua unsur itu, kecuali ada bukti yang membenarkan, sedangkan di sini tidak ada bukti seperti itu. Lagi pula, pengangkatan ruh dan jasadnya secara keseluruhan itu sesuai dengan keperkasaan Allah Yang Maha Sempurna, dan sesuai dengan hikmah, kemuliaan dan pertolongan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang dikehendaki-Nya.

Dalil-Dalil dari As-Sunnah
Terdapat banyak hadits shahih yang menjelaskan bahwa Nabi Isa belum wafat. Isa diangkat oleh Allah ke langit —sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat di atas— dan kelak di akhir zaman akan turun kembali ke dunia untuk memerangi Dajjal, menegakkan keadilan Islam, dan akhirnya wafat dan dikebumikan di bumi layaknya manusia yang lain.

Di antara hadits-hadits tersebut adalah,

  1. Rasulullah bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga turun kepada kalian Ibnu Maryam sebagai hakim yang adil, ia mematahkan salib, membunuh babi, menghentikan jizyah dan melimpahkan harta sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerima pemberian harta.”[2]
  2. Rasulullah bersabda: “Bagaimana keadaan kalian apabila Ibnu Maryam turun di antara kalian sedangkan yang menjadi imam (pemimpin) kalian berasal dari kalangan kalian sendiri?”[3]
  3. Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: Saya mendengar Nabi bersabda:“Akan senantiasa ada di antara umatku satu kelompok yang berperang di atas kebenaran, mereka senantiasa menang hingga hari kiamat.” 



Beliau bersabda: “Lantas Isa ibnu Maryam turun, maka pemimpin kelompok tersebut berkata, ‘Kemarilah, shalatlah sebagai imam kami!’ Maka Isa menjawab, “Tidak, sebagian kalian memimpin sebagian yang lain sebagai penghormatan Allah terhadap umat ini.”[4]
Bagaimana dan kapan Nabi Isa turun ke Bumi ?

Setelah Dajjal muncul dan melakukan perusakan dan penghancuran di muka bumi, Allah mengutus Isa ‘alaihissalam untuk turun ke bumi turun di menara putih di timur Damsyiq, Siria. Beliau mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan za’faran; beliau taruh kedua telapak tangan beliau di sayap dua orang Malaikat. Bila beliau menundukkan kepala, meneteslah / menurunlah rambutnya, dan bila diangkat kelihatan landai seperti mutiara.

Dan tidak ada orang kafir yang mencium nafasnya kecuali akan mati, dan nafasnya itu sejauh pandangan matanya.
Beliau akan turun pada kelompok yang diberi pertolongan oleh Allah yang berperang untuk menegakkan kebenaran dan bersatu-padu menghadapi Dajjal. Nabi Isa as. turun pada waktu sedang diiqamati shalat, lantas beliau shalat di belakang pemimpin kelompok itu.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Ketika Allah telah mengutus al-Masih Ibnu Maryam, maka turunlah ia di menara putih di sebelah timur Damsyiq dengan mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan za’faran, dan kedua telapak tangannya diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti mutiara.

Maka tidak ada orang kafirpun yang mencium nafasnya kecualipasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu sejauh mata memandang. Lain Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya dipintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal. Kemudian Isa datang kepada suatu kaum yang telah dilindungi oleh Allah dari Dajjal, lalu Isa mengusap wajah mereka dan memberi tahu mereka tentang derajat mereka di surga. “[5]

Ibnu Katsir berkata, “Inilah yang termasyhur mengenai tempat turunnya Isa, yaitu di menara putih bagian timur Damsyiq.

Dan dalam beberapa kitab saya baca beliau turun di menara putih sebelah timur masjid Jami’ Damsyiq, dan ini rupanya pendapat yang lebih terpelihara. Karena di Damsyiq tidak dikenal ada menara di bagian timur selain di sebelah Masjid Jami’ Umawi di Damsyiq sebelah timur. Inilah pendapat yang lebih sesuai karena beliau turun ketika sedang dibacakan iqamat untuk shalat, lalu imam kaum Muslimin berkata kepada beliau, “Wahai Ruh Allah, majulah untuk mengimami shalat.” Kemudian beliau menjawab, “Anda saja yang maju menjadi imam, karena iqamat tadi dibacakan untuk Anda.” Dan dalam satu riwayat dikatakan bahwa Isa berkata, “Sebagian Anda merupakan amir(pemimpin) bagi sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah untuk umat ini.” [6]

Tersebarnya Keamanan dan Barakah pada Zaman Isa ‘Alaihis-salam

Betapa menyenangkan seandainya kita termasuk yang mendapatkan karunia untuk tinggal semasa dengan nabi Isa as. Karena di masa beliau kehidupan manusia benar benar aman dan damai, bahkan kedamaian itu bukan hanya milik manusia, tetapi juga merata hingga kepada binatang. Zaman Isa ‘alaihissalam (setelah turun kembali ke bumi) ini merupakan zaman yang penuh keamanan, kesejahteraan, dan kemakmuran serta kelapangan. Allah menurunkan hujan yang lebat, bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan serta banyak barakahnya, harta melimpah ruah; dendam, dengki, dan kebencian hilang sirna.

Dalam hadits Nawwas bin Sam’an yang panjang yang membicarakan tentang Dajjal, turunnya Isa, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj pada zaman Isa ‘alaihissalam, dan do’a Isa agar mereka dihancurkan,

Rasulullah saw bersabda:
“… Kemudian Allah menurunkan hujan, dan tak ada rumah tanah liat maupun bulu yang dapat menahan airnya, lantas mencuci bumi hingga bersih seperti cermin kaca. Kemudian diperintahkan kepada kami: ‘Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalikanlah barakahmu.’ Maka pada hari itu sejumlah orang dapat memakan buah delima dan bernaung di bawahnya. Dan susupun diberi barakah, sehingga susu seekor unta bunting yang sudah dekat melahirkan dapat mencukupi banyak orang, susu seekor sapi mencukupi untuk orang satu kabilah, dan susu seekor kambing mencukupi untuk satu keluarga….” [7]

Rasulullah saw bersabda :
“Demi Allah, sesungguhnya Isa putra Maryam akan turun ke bumi sebagai hakim yang adil, akan membebaskan jizyah, unta-unta muda akan dibiarkan hingga tidak ada yang mau mengurusinya lagi, sifat bakhil, saling membenci, dan saling dengki akan hilang, dan orang-orang akan memanggil-manggil orang lain yang mau menerima hartanya (shadaqahnya), tetapi tidak ada seorangpun yang mau menerimanya.[8]

Imam Nawawi berkata, “Maknanya, bahwa pada saat itu orang-orang sudah tidak tertarik lagi untuk memelihara unta karena banyaknya harta kekayaan, keinginan sedikit, kebutuhan tidak ada, dan sudah tahu bahwa kiamat telah dekat. Dan disebutkannya lafal al-qilash (unta muda) dalam hadits ini karena unta muda itu merupakan harta yang paling baik bagi bangsa Arab (pada waktu itu).
Kiamat di Ambang Pintu

Masa tinggal Isa di bumi setelah turun dari langit menurut riwayat adalah se­lama tujuh tahun, dan menurut sebagian riwayat yang lain lagi selama empat puluh tahun. Setelah itu wafat pula Imam Mahdi dan Al Qahthani yang melanjutkan kepemimpinannya. Tidak lama setelah itu, terbitlah matahari dari barat dan binatang melata yang keluar dari perut bumi yang memberikan tanda kufur dan iman atas setiap manusia.

Ketika itu setiap mukmin segera mengetahui bahwa itulah detik detik kemunculan angina lembut dari yaman yang akan mencabut nyawa setiap mukmin. Setelah itu, tidak seorangpun manusia yang masih memiliki keimanan kecuali akan menemui ajalnya. Ketika seluruh penduduk manusia tidak lagi menyebut Allah, itulah kondisi seburuk-buruk manusia, dan kepada merekalah kiamat akan terjadi.

Wallahu a’lam bish shawab.

[1]. Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Al-Qurthubi.
[2]. HR. Bukhari: no. 2296.
[3]. HR. Bukhari: Kitabu ahaditsil anbiya’ no. 3193 dan Muslim: Kitabul iman no. 222, 223, 224.
[4]. HR. Muslim: Kitabul iman no. 225
[5] (Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyrathis Sa ‘ah, Bab DzikrAd-Dajjal 18: 67-68).
[6] Shahih Muslim
[7] Shahih Muslim, Kitabul Fitan, Bab Dzikrid Dajjal 18: 63-70

[8] Shahih Muslim, Bab Nuzuuli Isa ‘Alai­hissalam 2:192
READ MORE

Islamnya Orang Jawa

Unik memang, tapi memang kenyataan demikian adanya.... orang Islam di jawa, utamanya Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih dipengaruhi oleh hal-hal yang diajarkan oleh para pendahulunya baik para kyai, bapaknya kyai bahkan buyutnya kyai, yang pada akhirnya yang menjadi hulunya adalah Walisongo. Sangat sulit bagi orang luar untuk menyampaikan hal-hal tentang Islam walaupun itu sebuah kebenaran.


Culture inilah yang menjadikan saudara-saudara kita dari salafi, MTA, dan hizbud tahrir sulit berkembang di tanah jawa, apa yang mereka sampaikan sangat sulit diterima oleh orang jawa yang memang faktor budayanya sangat kuat. Hal ini berbeda dengan masyarakat sunda, betawi, maupun daerah jabodetabek yang masyarakatnya sudah siap dengan perubahan.

Masyarakat jawa dimanapun dia berada memiliki kecenderungan lebih akrab dengan sesama orang jawa pula, hal ini karena adanya persamanya dalam kebiasaan hidup sehari-hari, adat istiadat, jenis makanan yang sesuai, cara bersosialisasi dan cara memaknain hidup. Bahkan di jawa sendiri sangat sedikit kita jumpai suku lain selain orang jawa baik di kota besar , apalagi di desa-desa, hampir tidak ditemukan suku lain selain etnik jawa. Hal ini berbeda sekali di jabodetabek maupun dikota-kota besar selain di jawa (tengah dan timur), dimana sangat mudah kita jumpai orang jawa.

Kembali mengenai Islamnya orang jawa.... Islam di masyarakat jawa lebih dipahami sebagai ajaran yang turun termurun dari pendahulu mereka baik orang tua, para kyai-kyai yang sangat kental atau tidak terpisahkan dari adat istiadat mereka yang banyak dipengaruhi oleh sisa kebudayaan agama Hindu dari kerajaan-kerajaan yang ada di tanah jawa.

Sebenarnya bukan masyakarat jawa tidak tahu bahwa yang mereka lakukan adalah adat istiadat yang identik dengan agama Hindu. Mereka juga tahu bahwa Nabi Muhammad dalam mendakwahkan agama Islam tidak seperti mereka. Namun pandangan sebagian besar masyarakat jawa adalah bahwa adat istiadat selama tidak bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadist, maka hal ini boleh dilakukan.

Satu hal yang makin memperuncing keadaan adalah campaign besar-besaran dari temen-temen Salafi yang membid'ah kan aktivitas mereka, dan menyebutnya sebagai sesuatu yang sesat, dan sesat itu tempatnya ada di neraka.

DEFENCE...... adalah selama ini yang dipahami, dirasakan bersama-sama oleh hampir seluruh masyarakat jawa karena merasa diserang dan diganggu kehidupannya.

Berdakwah kepada masyarakat jawa tidak akan pernah berhasil bila metode-metode yang dipergunakan sama dengan daerah jabodetabek yaitu dengan tausyiah dan cenderung menggurui bahkan dengan terang-terangan menyalahkan hal-hal yang menjadi kebiasaan mereka secara turun temurun. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, mereka justru merasa di lecehkan oleh tindakan-tindakan ustad-ustad yang tidak faham culture dan sosial kemasyarakatan orang jawa.

Berdakwah kepada orang jawa adalah dengan cara berbaur dengan kehidupan mereka, berbaur dengan adat istiadat mereka, lalu mewarni mereka dari dalam, seperti itulah yang dilakukan para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa.

Kita wajib berterima kasih dan bangga dengan para Walisongo yang telah berhasil meng-Islamkan orang jawa, namun rupanya ada proses dakwah yang belum sepenuhnya selesai.

Tugas kitalah yang wajib meneruskannya.

Abi Izzat



READ MORE