Senin, 19 Maret 2012

Wajah Di Balik Wajah


Di antara sekian bidang kajian yang diminati banyak orang dalam manajemen, kepemimpinan termasuk salah satu bidang yang banyak diminati. Ia juga sudah dibicarakan sepanjang hidup manusia. Kendati demikian, tetap saja ada sisi-sisi misterius dalam dunia kepemimpinan.


Di banyak kesempatan, entah sebagai konsultan, pembicara publik maupun CEO, tidak ada satupun masalah yang tidak terkait dengan masalah kepemimpinan. Ibarat semen dalam bangunan, ia merekat hampir semua unsur bangunan. Siapapun yang tidak awas di sektor kepemimpinan, ia akan memiliki bangunan (baca : organisasi) yang keropos.
Di banyak perusahaan keluarga yang saya tahu, dinamika yang terjadi di tingkat pemilik, menghabiskan lebih dari delapan puluh persen energi organisasi. Lebih-lebih kalau semen kepemimpinannya lemah, maka keruntuhanlah yang sering menjadi ending story.


Sadar akan semua ini, banyak orang menyimpan keingintahuan amat tinggi akan kepemimpinan. Sayapun demikian. Lebih-lebih sebagai CEO, kepemimpinan adalah menu sarapan pagi, menu makan siang serta menu makan malam. Dan perjalanan saya sejauh ini bertutur, kepemimpinan bukanlah sejenis mahluk yang bisa kita peroleh hanya dengan membaca, mendengar cerita atau menonton video. Ia lebih mendekati proses yang terjadi dalam diri setiap orang, tidak bisa didelegasikan, dan menuntut kedalaman refleksi yang tidak tanggung-tanggung.


Sudah lama saya mengenal sejumlah pendekatan kepemimpinan. Dari pendekatannya Hersey-Blanchard, Drucker, Kanter, Bennis sampai dengan kepemimpinan timur seperti Sun Tzu, Morihei Ueshiba sampai dengan Mahatma Gandhi. Semuanya menarik, reflektif dan menggugah pemikiran lebih lanjut. Hanya saja, sebagus dan secantik apapun wacananya, kehadiran teori dan pendekatan yang datang dari orang lain, hanya menghadirkan pembanding saja. Ia memperluas dan menambah wawasan, namun tidak otomatis meningkatkan kualitas kepemimpinan.


Berkaitan dengan kualitas terakhir, ia lebih terkait dengan kedalaman refleksi setiap orang di tengah lumpur-lumpur praktek yang kotor. Di tingkat kepemimpinan yang tinggi, praktek memang sebagian kotor. Intrik, isu, surat kaleng, saling menjatuhkan, adalah sebagian dari bentuk-bentuk kotornya lumpur praktek. Siapapun yang menghendaki kualitas kepemimpinan, ia sebaiknya pernah lewat dari lumpur-lumpur tadi.
Menyakitkan memang. Bahkan bisa menimbulkan berbagai penyakit yang berkaitan dengan stres. Apapun dan berapapun harganya, ia tetap menjadi persyaratan yang sebaiknya dibayar oleh siapapun yang mau menikmati kualitas kepemimpinan. Setidaknya, demikian kehidupan banyak orang dan kehidupan saya bertutur.


Kendatipun menyakitkan, lumpur-lumpur praktek tadi menghadirkan keterpaksaan reflektif. Sebentuk keterpaksaan positif yang bisa membawa banyak orang ke tangga kepemimpinan yang lebih tinggi. Ini juga yang beberapa kali hadir dalam kehidupan saya. Di tengah-tengah kesedihan dan kepahitan lumpur tadi, kerap saya bertanya : siapakah wajah di balik wajah yang kita temukan di cermin setiap hari ? Pertanyaan ini muncul teramat sering, karena kerap wajah ini mengundang banyak sekali dan berbagai macam respon orang lain. Beragam memang, namun sering kali mengejutkan, serta di luar kehendak dan niat kita. Berniat baik, direspon buruk. Agak santai sedikit, hasilnya mengagumkan. Dan berbagai macam variasi lainnya.
Di balik wajah yang kita tampilkan di depan semua orang setiap hari, sebenarnya ada wajah yang tidak kelihatan oleh mata. Namun, terlihat oleh mata yang lain (baca : sang hati). Kalau saja, banyak orang yang bisa melihat wajah di balik wajah, kemudian berkomunikasi dengan wajah tadi, kualitas kepemimpinan bukanlah sesuatu yang teramat sulit untuk ditemukan. Ia sudah ada di sini, di dalam diri kita masing-masing.


Coba bayangkan keadaan seperti ini. Ada orang yang membenci Anda, kemudian di hari lebaran orang tersebut Anda datangi dan bawakan hadiah berguna. Bukankah ada yang berubah dalam wajah Anda sendiri ?. Atau, tiba-tiba ada orang menelpon mengucapkan terimakasih karena Anda pernah membantunya dulu – padahal sudah lama tidak ingat. Bukankah wajah Anda di cermin berubah ? Demikian juga sebaliknya. Dulu, ketika pertama kali kita mencoba berbohong, atau mencuri, bukankah wajah di cermin berubah ketakutan ?
Ini semua menghadirkan bukti, bahwa wajah kita yang sebenarnya – dalam arti yang betul-betul mempengaruhi kualitas kepemimpinan – bukanlah wajah yang kita lihat di cermin. Namun, wajah yang berada di balik wajah tadi.


Mirip dengan mata yang ada di balik mata, telinga yang ada di balik telinga, serta rasa yang ada di balik rasa. Semuanya memerlukan kepekaan, refleksi, ketekunan berkomunikasi, serta keheningan. Sarananya ada banyak sekali. Kebetulan, saya menggunakan kendaraan yang bernama meditasi. Perjalanan komunikasi bertemu wajah di balik wajah, memang perjalanan yang amat unik. Kendati kendaraannya sama, tempat dan waktunya sama, tetapi sangat mungkin bertemu perjalanan dan wajah yang berbeda.
Ia seunik sidik jari. Berbeda dari satu orang ke orang lain. Namun seunik apapun dia, ada semacam kedamaian, keheningan, kebersatuan dua wajah, yang ujung-ujungnya berkaitan erat dengan kualitas kepemimpinan. Anda tertarik ?


Gede Prama 
READ MORE

Memaafkan Itu Menyembuhkan


Kolam kebencian tidak bertepi, mungkin itu sebutan yang cocok untuk tahun 2001. Ada kebencian terhadap Amerika karena menyerang Afghanistan, ada kebencian terhadap Osama karena dituduh menghancurkan gedung WTC New York, ada kebencian terhadap pemerintah karena tidak menunjukkan kinerja yang meyakinkan, ada kebencian terhadap DPR karena tidak habis-habisnya dilanda skandal, ada kebencian terhadap suku atau agama lain karena terlibat perang dan kerusuhan, ada kebencian terhadap pengusaha besar karena dicurigai mencuri uang negara, ada kebencian terhadap oknum aparat yang tidak berhenti-berhenti korupsi, dan masih banyak lagi daftar kebencian lainnya.

Apa yang bisa diproduksi oleh kebencian ? Kita bisa lihat sendiri disamping pengangguran yang berjumlah puluhan juta orang, juga secara amat meyakinkan kita sedang memproduksi masa depan yang amat menakutkan. Tidak hanya pernikahan yang beranak pinak, kebencian bahkan bisa menghasilkan anak, cucu, cicit dengan wajah-wajah yang lebih menakutkan. Lihatlah sejarah, di sana sudah tertulis banyak sekali catatan tentang kebencian yang beranak pinak, dan kemudian menghasilkan kehidupan yang mengerikan.

Mirip dengan sebuah cerita Zen tentang dua orang pendeta yang mau berenang menyeberangi sungai. Tiba-tiba ada wanita cantik yang berteriak di belakang meminta digendong. Dan pendeta lebih tuapun menyanggupinya. Dua jam setelah kejadian itu berlalu, pendeta yang lebih muda bertanya : ‘kenapa abang sebagai pendeta mau menggendong wanita cantik tadi ?’. Dengan sedikit kesal pendeta tua berucap : ‘saya sudah menurunkan tubuh wanita tadi dua jam yang lalu, namun kamu menggendongnya sampai dengan sekarang’.

Demikianlah cara kerja kebencian. Oleh karena sebuah atau beberapa kejadian yang sudah lewat di masa lalu – sebagian bahkan sudah lewat ratusan tahun yang lalu – sebagian orang menggendong kebencian bahkan sampai ketika dipanggil sang kematian. Sehingga praktis seumur hidup orang-orang seperti itu isi waktunya hanya kebencian, kebencian dan hanya kebencian. Anda pasti sudah tahu sendiri akibat yang ditimbulkan oleh semua itu. Jangankan doa dan perjalanan menuju Tuhan, tubuh dan jiwanya sendiri pasti dikunjungi berbagai macam penyakit.
Dalam keadaan begini, tidak ada pilihan lain terkecuali belajar dan mendidik diri untuk melupakan kebencian serta mulai memaafkan orang lain. Ya sekali lagi memaafkan orang lain. Inilah sebuah kegiatan yang amat sulit di zaman ini. Berat, sulit, tidak mungkin, tidak bisa itulah rangkaian stempel yang diberikan kepada seluruh upaya untuk memaafkan orang lain. Saya bahkan menemukan orang-orang dengan beban tidak bisa memaafkan dalam jumlah yang tidak terhitung.

Sehingga ini semua menyisakan pekerjaan rumah yang besar bagi saya (dan mungkin juga Anda), terutama bagaimana berjalan dalam hidup dengan sesedikit mungkin beban kebencian. Di titik ini, mungkin ada manfaatnya mengutip apa yang pernah ditulis Rabindranath Tagore dalam The Heart of God : ‘when the far and the near will kiss each other, and life will be one in love’. Bila yang jauh berciuman dengan yang dekat, maka kehidupan menyatu dalam cinta. Mungkin kedengarannya puitis sekaligus mengundang alis berkerut.

Yang jauh, setidaknya menurut saya, adalah kejadian-kejadian di masa lalu sekaligus harapan-harapan kita akan masa depan. Yang dekat adalah kehidupan kita yang riil dan nyata di hari ini. Dan keduanya tidak mungkin disatukan oleh kebencian. Ia jauh lebih mungkin dijembatani oleh kesediaan untuk memaafkan. Dan dari sinilah lahir bibit-bibit unggul cinta buat sang kehidupan.

Dan bibit-bibit unggul cinta ini, mungkin saja bisa menyembuhkan orang yang dimaafkan. Tetapi yang jelas, kegiatan memaafkan pasti menyembuhkan siapa saja yang mau dan rela memaafkan. Seperti baru saja meletakkan beban berat yang lama tergendong di bahu, demikianlah rasanya ketika kita rela memaafkan orang lain. Keyakinan ini bukannya tanpa bukti, Bernie Siegel dalam karya best seller-nya yang berjudul Love, Medicine and Miracles mengajukan sebuah bukti meyakinkan. Sebagaimana ia tulis secara amat percaya diri di halaman 202 bukunya, Siegel telah mengkoleksi 57 kasus keajaiban kanker. 

Di mana ke lima puluh tujuh orang ini sudah positif terkena kanker, dan begitu mereka menghentikan secara total dan radikal kebencian, depresinya menurun drastis, dan yang paling penting tumornya mulai menyusut. Sebagai kesimpulan, Siegel menulis : ‘when you give love, you receive it at the same time. And letting go of the past and forgiving everyone and everything sure helps you not to be afraid’. Ketika Anda memberi maaf, Anda juga menerimanya pada saat yang sama. Dan kesediaan untuk melepas masa lalu dengan cara memaafkan, secara meyakinkan membantu Anda keluar dari kekhawatiran.

Dan mohon dicatat kalau kesimpulan ini datang dari Berni Siegel yang nota bene salah seorang ahli bedah di Amerika sana. Kembali ke cerita awal tentang lautan kebencian yang tidak bertepi, bila kita sepakat agar republik ini secepat mungkin mengalami penyembuhan, bisa jadi saran Siegel ini layak direnungkan kembali. Saya dan Anda mungkin bukan penentu di republik ini, tetapi kita bisa memulainya dengan kehidupan kita masing-masing. Entah itu memaafkan isteri, suami, musuh, diri sendiri, atau siapa saja. Seperti telah diingatkan Rabindranath Tagore, bukankah itu bisa membuat sang kehidupan menyatu dalam cinta ?

Gede Prama 
READ MORE

Teman Baru…Sekulerisme


Pergulatan manusia untuk memenuhi ambisinya seakan tidak akan pernah mencapai titik jenuh setiap abad yang terlangkahi merupakan pelajaran bagi terbentuknya peradaban baru, terbentuknya keyakinan baru, terbentuknya tuhan-tuhan baru, hanya saja setiap kemajuan yang dicapai oleh umat manusia harus dibayar mahal dengan menipisnya keimanan, tentu saja hal ini tidak akan terjadi jika saja manusia selalu yakin pada prinsip “ ilmu pengetahuan tanpa agama buta, agama tanpa ilmu pengetahuan lumpuh “ , bagi mereka yang belajar ilmu pengetahuan saja tanpa dibarengi oleh nilai-nilai agama maka tujuan mereka belajarpun sudah akan bergeser kearah keuntungan duniawi saja, pada akhirnya yang terjadi adalah ukuran besar kecilnya Rupiah dan Dollar yang didapat dari hasil ilmu yang mereka pelajari, bukannya manfaat ilmu tersebut.

Didalam riwayat dikisahkan nabi Muhamad SAW pernah berkata didepan para sahabatnya tentang akan terjadinya jaman dimana manusia pada jaman itu akan disibukan dengan urusan dunia saja. Segala bentuk kegiatan, bahkan pikiran pun tercurah hanya untuk kebutuhan dunia saja, ukuran derajat kemuliaan manusiapun diukur berdasarkan harta yang dimiliki bukan budi pekerti, Rupiah dan Dollar menjadi tujuan akhir manusia.
Shalat, zakat dan perintah Allah SWT lainnya tetap dilaksanakan, hanya saja manusiapun selain menyembah Allah SWT tanpa terasa menghamba pada harta, jabatan, dan kehidupan duniawi lainnya. Jika kita melihat dan tidak malu untuk mengakui maka sebetulnya manusia Indonesia telah berada dalam garis kehidupan seperti yang diramalkan oleh Rosululloh SAW.

Kehidupan sekulerisme dan kapitalisme seakan terus menerus meneror umat islam Indonesia, budaya, gaya hidup, yang berasal dari Negara barat seolah tiada puas untuk mengkikis akidah dan ajaran islam. Pada akhirnya tanpa sadar umat islam telah tergantung pada pola hidup sekulerisme dan terjebak dalam lingkaran syetan, susah untuk keluar namun tetap selalu ada waktu untuk mencoba.

Keberadaan sebagian saudara kita seiman yang berani menentang pun dibalas dengan cemoohan dan umpatan tidak sedikit mereka dihina dengan tertawaan dan lontaran kalimat yang menyakitkan, indikator dari munculnya tuhan baru bisa kita lihat dari perdebatan antara maksiat dan perbuatan maksiat baru-baru ini yang berlindung kepada saktinya kata “ seni ”, kata yang seharusnya menjadi wakil dari hal-hal yang indah, berubah fungsi menjadi pelindung dari sekelompok orang yang mengatasnamakan “ seni “ tersebut untuk kepentingan penggalian Rupiah dan Dollar, apapun bentuk perbuatan asalkan menghasilkan Rupiah dan Dollar yang banyak maka halal bagi mereka untuk dilakukan maka “ seni “ lah menjadi kendaraan tumpangan mereka untuk mengenalkan maksiat pada manusia (selain untuk Rupiah dan Dollar tentunya ). Sudah menjadi kewajiban bagi pelaku seni sesungguhnya untuk kembali membersihkan seni dari tumpangan para pelaku maksiat.
Namun hal itu hanya merupakan sebagian kecil dari pergeseran nilai akidah, pergeseran sesungguhnya dapat kita temui pada kehidupan sehari-hari bahkan sangat mungkin kita yang telah berusaha menjaga diri kita dari pergeseran nilai moral serta akidah tanpa terasa sudah masuk dalam jebakan syetan dengan menghambakan diri kita pada Rupiah dan Dollar.

Tentu saja kita selaku umat Islam tidak boleh berada dalam garis kemiskinan seperti yang pernah diucapkan Rosululloh SAW “ Kefakiran mendekatkan manusia pada kekufuran “ atau perintah mencari harta yang halal oleh Allah SWT, yang perlu diingat hanyalah cara dan bagaimana menggunakan Rupiah dan Dollar tersebut tanpa harus membuat kita menjadi hamba dari Rupiah, Rupiah, Dollar ataupun apapun namanya. Selain perintah untuk mencari harta di jalan yang halal Allah SWT memerintahkan kita sebagai umat Islam untuk tiada henti mencari ilmu dengan kata lain penguasaan teknologi di segala bidang harus dikuasai oleh umat Islam sehingga pengunaan teknologi tersebut akan selalu berada dalam dan atau untuk kepentingan umat yang lebih beradab, bukan malah menenggelamkan umat kearah kolam dosa seperti sekarang ini.

Haruskah kita tanpa sadar menjadi bagian penting atas lahirnya Tuhan baru, menjadi umat yang dengan santainya menikmati suguhan syetan dan dengan yakinnya menawarkan suguhan tersebut pula pada saudara kita, sadarlah bahwa umat Islam sekarang ini telah terlena dengan pola hidup yang ditularkan oleh kaum barat sekuler, sadarkah makanan cepat saji yang sering kita santap adalah makanan yang membawa penyakit, selain tentu saja setiap rupiah yang kita belanjakan untuk membeli produk cepat saji akan lebih memberikan kemapanan ekonomi pada pemiliknya yaitu kaum barat sekuler sehingga mereka dengan sangat mudahnya mengontrol kehidupan kita.

Sudah saatnya kita kembali pada pola hidup Islami, kehidupan yang akan menguntungkan siapa saja di dunia dan akhirat, kembali ke kehidupan dimana Al-Quran bukan hanya menjadi hiasan rak buku di perpustakaan rumah kita, kehidupan yang dihiasi ketinggian ahlak kaum wanitanya yang diantaranya dengan penuh keyakinan selalu membantu menutup mata kaum lelaki dengan cara tidak memperlihatkan aurat mereka kepada lelaki bukan muhrimnya. Kehidupan dimana umat Islam bersatu saling membantu meningkatkan kualitas hidup, saling nasihat-menasihati dalam kebaikan, mendukung satu sama lain dalam kebenaran. Mulailah dari hal kecil dalam kehidupan kita, maka Insya Allah akan tercapai, tidak mudah memang tapi kalau bukan kita yang mencoba lalu siapa? ( Wallohu’alam Bishowhaf ).
READ MORE

Minggu, 18 Maret 2012

Saya NU, Dia Muhamadiyah....Kamu Salafi yaa.......

Perkembangan Islam saat ini cukup pesat, jaman saya kecil dulu melihat orang memakai jilbab pun belum tentu seminggu sekali...sekarang dimana mana orang banyak menggunakan nya, terlepas disana sini masih belum sempurna...ini memang sebuah rangkaian proses yang harus kita kawal bersama sama yang harapannya menuju kepada sebuah kesempurnaan.

Sekarang banyak sekali pemahaman-pemahaman yang menjadikan Islam ini semakin indah untuk dijalankan, semakin nikmat untuk dikaji, semakin membuat hati makin dekat dengan Sang Pemilik Cinta.

Perkembangan ini juga memunculkan berbagai kelompok kajian-kajian yang beraneka ragam mulai dari yang berbasis organisasi atau hanya kelompok kajian kecil saja mulai dari  NU, Muhamadiyah, Persis, Salafy, Jamaah Tabliq, FPI, dan banyak lagi yang lainnya.

Berbagai kepentingan muncul dan mendompleng kajian-kajian saudara kita ini, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan kelompoknya.
Doktrin pemikiran pribadi atau kelompok yang disamarkan dengan penafsiran Al Qur'an dan Hadits dimasukkan dalam pola pikir saudara-saudara kita, sehingga yang tampak di permukaan adalah fanatisme kelompok, terjadi saling ejek mengejek, menjelek-jelekkan antar sesama, tidak lagi melihat bahwa kita semua sebenarnya satu Nabi yaitu Muhammad SAW, satu kitabullah yaitu Al Qur'an, satu keimanan yaitu beriman hanya semata mata kepada Allah SWT.

Jurang perbedaan itu makin transparan ketika tiap tiap kelompok ini mensuarakan dalam  setiap kegiatan-kegiatannya termasuk publikasi lewat media radio, TV, surat kabar, ataupun tabloid-tabloid.

Perbedaan ini sudah mulai memunculkan bahwa pemahaman diluar kelompok kajiannya adalah salah, hanya pemahamannya lah yang sesuai dengan ahli sunnah wal jammaah dan ini sebagian sudah mulai mengakar ke anggota kajian dan mulai merusak hubungan silaturahim ketika dalam sebuah pertemanan, tetangga, anggota keluarga berbeda dalam kelompok pengajian.

Silaturahim adalah "wajib" hukumnya di agama Islam yang kita anut, kita semua harus menggalang seluruh potensi umat ini untuk menghadapi tantangan dimasa depan yang semakin berat.

Pemahaman sebagian saudara kita membawa akibat agama Islam ini makin kurang mendapat simpati dari orang lain (utamanya amerika dan kroninya), walaupun disisi lain banyak sekali saudara kita yang mampu memberikan penjelasan dan memberikan teladan baik yang benar sesuai Al Qur'an dan Hadist kepada orang non muslim sehingga mereka tertarik untuk memeluk agama Islam.

Marilah kita galang silaturahim, janganlah setiap perbedaan kita sikapi dengan menyalahkan orang lain dan menganggap diri kita sendiri yang benar.

Semoga Allah SWT membuka hati-hati kita untuk mengikatkan tali silaturahim ini.

Wallahu A'lam
agus.sulistyono@gmail.com
READ MORE

Jangan Kau Buang Makanan Itu....!!!

Tepat pukul 12.oo wib, kami menuju tempat dimana kami biasa berkumpul untuk makan bersama. Berbagai jenis makanan tersedia di tempat kami, ada soto daging, tempe, tahu, sate ayam dan masih banyak lagi yang lainnya.

Yang ini lho yang enak, yang ini agak asin, yang itu basah banyak minyaknya....sampai pada suatu waktu Si Fulan menggambil sepiring soto mie berikut daging-dagingnya... banyak juga yaa makannya...gumanku..

Sampai mencari Pee Wee nya si Fulan lalu duduk ....sambil bicara - bicara tentang makanan makanan lainnya. Sesuap soto daging mulai di cicipi si Fulan....pasti lezat pikirku...kebetulan saya juga ambil soto daging yang sama dengan Fulan.

Cuiiih cuiih cuihh....makanan apaan ini....teriak si Fulan...makanan begini koq disuguhkan untuk makan siang..dimuntahkannya makanan itu dari mulutnya sambil memaki maki makanan itu dia bergerak menuju ke tempat sampah untuk membuang sisa soto dagingnya di piring..... kaget bukan kepalang saya melihat reaksi itu...saya bilang rasanya enak banget....emangnya ada yang salah dengan makanan ini.

Si Fulan dengan sigap menjawab....makanan nggak ada rasanya gini koq enaak...enaaak dari mana ???... sambil bergerak lagi si Fulan mencoba Daging rendang....diambilnya daging rendang tersebut satu potong dengan ukuran yang paling besar dibandingkan yang lain... dan baaah...baah....daging rasa apa ini....sambil dia muntahkan daging dari mulutnya ....kembali dia buang lagi potongan daging yang cukup besar tersebut....

Sesak dada ini tak kala hal yang sama terjadi lagi....saya coba mencicipi daging rendang yang ada.....heeemm enak...kenapa dibuang lagi.
Nggak kuat rasanya untuk terus terdiam dengan perilaku tersebut saya bilang ke Fulan bahwa saya nggak suka dengan tingkah lakunya....

Saya bilang ke Fulan bahwa diluar sana banyak sekali orang yang nggak bisa makan, banyak sekali orang yang mengais-ngais makanan dari tempat sampah, sementara kamu dengan seenaknya membuat makanan yang masih hangat yang karena rasanya kamu nggak suka....kamu buang begitu saja.

Saya sampaikan "Nabi Muhammad sendiri membenci orang orang yang berperilaku seperti itu....truss kamu niru siapa?....Dan secara jelas Al Qur'an menjelaskan bahwa "Sesungguhnya orang yang melakukan perbuatan sia-sia (membuang makanan) itu adalah sahabat syetan".

Banyak sekali umat ini mati karena kekurangan makanan, nggak bisa makan walaupun cuman satu sendok saja.
Mohon ampunlah kamu dengan perbuatan kamu...

Nggak jelas ekspresinya...si Fulan keluar ruangan....dengan nafas masih belum begitu teratur aku lanjutkan makan siangku, walaupun sempat terusik dengan perilaku Fulan.

Alhamdullillah....selesai juga makan siangku, sambil berhenti sejenak saya mengingat kejadian tadi...moga moga si Fulan sadar...dan sambil terdiam berdoa semoga kata kataku nggak menyakiti nya.

Ya Allah maafkanlah hamba ini, sesungguhnya luasnya maafMu melebihi luasnya semesta alam ini.

Waallahu A'lam.
(agus.sulistyono@gmail.com)
READ MORE

Belum Siap Pakai Jilbab ?


Oleh Hen And
Di jaman yang sudah maju seperti ini, banyak busana yang bagus-bagus sesuai dengan trend di pasaran. Kita bisa dapatkan busana-busana itu di mall, boutique, bahkan di pasar tradisional sekalipun. Tapi apakah busana–busana itu sesuai dengan syariat Islam?
Pertanyaan inilah yang harus direnungkan oleh para muslimah, dan tidak cukup sebagai bahan 'renungan' saja, tapi kita harus melakukan sesuatu yang membawa kita kepada kebaikan. Sering terdengar celotehan dari banyak remaja muslim cewek yang berkata “aku belum siap pake jilbab nih.., mendingan jilbabin dulu hatinya biar tingkah lakunya sesuai dengan jilbab yang dipake, baru deh pake jilbab beneran!” astagfirullah…..
Kewajiban memakai Jilbab sudah jelas di dalam Al-Qur’an Surat An-Nur Ayat 31 :
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS Annuur: 31)
Pada ayat tersebut, Allah SWT sudah tegas menjelaskan kewajiban para muslimah untuk memakai jilbab. Tutup aurat sesuai dengan Syariat Islam !
Kenapa ya, ko banyak muslimah yang takut pake jilbab dengan alasan belum siap? mereka takut kalau dibilang kok sikapnya tidak mencerminakan seperti jilbab yang dipakainya? Kalau tidak siap, terus kapan mulai siapnya? kalau harus takut, kapan ada perubahan yang lebih baik untuk diri kita? sehingga kewajiban yang harus dilakukan jadi terhalangi gara-gara mikirin perkataan orang, rasa takut, dan ketidaksiapan. Ga usah mikirin perkataan orang.... kalau itu sebuah kewajiban yang harus ditunaikan! diniatkan saja untuk segera melakukannya, bismillah…! Kemudahan akan menyertai kita karena yang kita lakukan adalah hal yang benar dan wajib…!
Dengan jilbab… akan mengerem tingkah laku kita dari hal yang negative. Akan ada penyadaran diri pada kita untuk selalu bertingkah laku positif.. ”masa sih aku sudah pakejilbab tapi tingkah lakuku masih negative?”. Dengan jilbab, sebagai seorang muslimah telah menjaga kehormatan dirinya. Harusnya kita bangga sebagai muslimah, karena hanya Islamlah yang memuliakan perempuan. Kewajiban berjilbab bagi muslimah adalah aturan yang telah Allah SWT tetapkan dengan segala manfaat di dalamnya. Dengan jilbab yang syar'i sesungguhnya Allah SWT berkehendak dengan memuliakan manusia sebagai mahluk yang yang mulia. Sebaliknya, seorang wanita muslim dengan tidak berpenampilan mengikuti aturan-Nya, maka akibatnya kedudukan manusia terjatuh.
Seorang muslimah wajib mengetahui aturan berpakaian dan berpenampilan yang syar'i agar mendapatkan ridha Allah SWT, bukan sebaliknya melakukan tabarujj yang tidak disukai-Nya.
So masihkah belum siap untuk berjilbab sesuai Syariat Islam?
Tulisan ini memacu kita untuk melakukan hal yang baik, yang sudah Allah terapkan dalam aturan-Nya untuk kita sebagai muslimah. Mudah-mudahan menjadi motivasi untuk diriku sendiri dan para pembaca semua, supaya kita menjadi muslimah yang shalihah. Amiin.....
READ MORE

Orang Kaya yang Bertaqwa....



Yaa....Nabi enak banget yaa ...jadi orang kaya, mereka pahalanya banyak banget, nggak seperti kami yang miskin....... kata seorang sahabat
Disamping mereka menjalankan ibadah yang kami lakukan seperti sholat dan puasa,
mereka juga bisa memerdekakan budak, berinfak dan bershodaqoh, belum lagi ibadah haji dan banyak lagi yang lainnya....


Lalu Nabi Muhammad SAW menjawab:  "ada amalan yang ketika kamu melakukannya, pahalanya akan melebihi orang kaya tersebut, bahkan bisa melebihi orang - orang terdahulu dan yang akan datang...."


Amalan apa itu Yaa Nabi..?
Amalan ini, setiap orang termasuk orang miskin pun punya kesempatan yang sama untuk melakukan...yaitu "bacalah Subhanallah 33x, Alhamdullillah 33x, dan Istigfhar 33x setelah menunaikan ibadah sholat"...
Mendengar hal ini, para sahabat pun lega.....kali ini mereka pun bisa memiliki pahala yang nggak kalah banyaknya dengan orang-orang kaya, bahkan orang-orang terdahulu dan yang akan datang.....


Hari berganti hari....waktu truss bergulir...sahabat-sahabat yang kurang beruntung secara ekonomi tadi mengamalkan dengan sepenuh hati...bahkan diantara mereka juga saling memberitahu ke sahabat yang lain.... begitulah terus menerus berlangsung... akhirnya sampailah juga amalan ini terdengar oleh para sahabat Nabi yang kaya....


Dan kembalilah sahabat yang miskin tadi ke Nabi Muhammad lagi.....
Yaa Nabi....khabar tentang amalan itu juga telah sampai kepada mereka yang kaya.....
Yaa Nabi.....mereka juga mengamalkan amalan itu...berarti pahala mereka jauh lebih banyak lagi dari kami yang miskin.....


Yaa Nabi....berilah lagi amalan kepada kami agar bisa melebihi mereka yang kaya lagi...
Dengan sambil tersenyum Nabi Muhammad menjawab: "Allah memang telah memberikan banyak keutamaan bagi hamba-hambanya yang bertaqwa".


Jawaban Nabi Muhammad sungguh memberikan makna yang cukup dalam bagi kita semua yang mau berfikir.
Bahwa kaya dalam agama Islam bukanlah sesuatu yang tercela dan bukan berarti materialistis, bahkan Nabi menjelaskan dengan cukup jelas kepada umatnya bahwa seorang hamba yang kaya dan bertaqwa, Allah telah memberi banyak keutamaan-keutamaan baik di dunia maupun di akhirat nanti....subhanallah.


Maha Suci Allah sang pemilik segala kebaikan....


Wallabu A'lam.
(agus.sulistyono@gmail.com)





READ MORE

Sabtu, 17 Maret 2012

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang sakratul maut


Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
* * *
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
 
READ MORE

Kerendahan hati


Hatiku ...jujurlah...
Kalau engkau tak sanggup menjadi cemara yang kokoh di puncak bukit ...
jadilah saja belukar yang teguh di tepi jurang...
Belukar itu senantiasa istiqomah dalam perjuangannya untuk hidup.
Ia belajar dari kesehariannya untuk mendewasakan batangnya,
batangnya yang menyanggahnya untuk tidak masuk ke dalam jurang...


Hatiku...ketahuilah!!!
Ternyata untuk menjadi belukar saja itu tidak mudah!!!
Belukar harus ikhlas agar ia tak iri pada cemara...
Belukar harus tawadhu agar ia tak sombong pada rumput...
Belukar tetap belukar sampai ia bisa berjumpa dengan Penciptanya...


Kalau engkau tak sanggup jadi belukar...jadilah saja rumput,
tetapi rumput yang senantiasa memperkuat pinggiran jalan...
Kalau engkau tak sanggup menjadi langit...jadilah saja bumi,
tetapi bumi yang setia dan ikhlas untuk dipijaki oleh setiap manusia.
Tidak semua insan sanggup berbuat seperti pengemis yang tawadhu',...
izzahnya tinggi walau orang lain merendahkannya...
karena ia mempunyai HATI sehingga dekat dengan sang Robbi...

--------
Pengirim : Ries Asriyanti
Email : ries_asr2002@yahoo.com 
READ MORE

Wanita Dicipta Untuk Dilindungi


Allah SWT tidak menciptakan wanita dari kepala laki-laki untuk dijadikan atasannya. Tidak juga Allah SWT ciptakan wanita dari kaki laki-laki untuk dijadikan bawahannya. Tetapi Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lenganya untuk dilindunginya, dan dekat dengan hatinya untuk dicintainya.

Allah tidak menciptakan wanita sebagai komplementer atau sebagai barang substitusi apalagi sekedar objek buat laki-laki. Tetapi Allah menciptakan wanita sebagai teman yang mendampingi hidup Adam tatkala kesepian di surga. Juga Allah ciptakan wanita sebagai pasangan hidup laki-laki yang akan menyempurnakan hidupnya sekaligus sebab lahirnya generasi, disamping tunduk dan beribadah kepada Allah tentunya.
Tetapi mengapa tetap saja ada laki-laki yang tunduk di bawah kaki wanita. Mengemis cintanya, berharap kasih sayangnya dengan menggadaikan kepemimpinan, bahkan kehormatan dan harga dirinya.

Wanita dipuja bagai dewa, disanjung bagai Dewi Shinta, yang banyak menyebabkan laki-laki buta mata, buta telingga, bahkan buta mata hatinya. Namun ada juga yang menganggap rendah wanita. Wanita dinista, dihina. Kesuciannya dijadikan objek yang tidak bernilai harganya. Tenaganya dieksploitasi bagaikan kuda. Kelembutannya dijadikan transaksi murahan yang tak seimbang valuenya.

Wanita dijadikan sekedar pemuas nafsu belaka, bila habis madunya, dengan seenaknya di buang ke keranjang sampah, atau dianggap sandal jepit yang tak berguna.
Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita melihat mereka menjajakan diri di gelapnya malam yang mencekam. Relakah kita melihat mereka membanting tulang mengumpulkan ringgit atau real dengan mayat terbujur kaku sebagai resikonya?

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya seperti seonggok jasad hidup yang tidak memiliki nilai guna?
Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya beringas, liar, ganas, tidak berpendidikan, bodoh, dunggu, hanya karena ketidakmampuan ayah memberi nafkah, karena ketidakmampuan kita medidik dan mencintainya, karena ketidakmampuan kita melindunginya, sebagaimana Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lengannya untuk dilindunginya, dekat dengan hatinya untuk dicintainnya.

Ia tetap wanita, yang diciptakan Allah SWT dengan segala kelebihan dan kekuranganya. Tidak bisa manusia dengan akalnya yang kerdil ini mengganti kedudukannya apa lagi fitrahnya. 


Ia bagaikan sekuntum bunga terpelihara, tidak semua kumbang bisa menghisap madunya. Lemah lembutlah dalam memperlakukannya, karena kalau tidak, ia bisa seganas srigala. 

(elsandra/yelsandra@yahoo.com)
READ MORE

Renungan untuk suami-suami: Bila Istri Cerewet



Oleh : Ahmad Bustam
 
Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet.
Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?
Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.
Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.
Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.

Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.

Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.
WallahuAlam.
READ MORE

Menuju Surga dengan Cinta




eramuslim - Setiap individu pasti akan merasai cinta dan mencintai sesuatu. Cinta adalah perasaan halus yang dimiliki hati setiap manusia, dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Islam, cinta merupakan masalah utama dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ini karena Islam sendiri merupakan agama yang berasaskan cinta. Sabda Rasullulah SAW.: "Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia akan mendapat manisnya iman, yakni: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka"(HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itulah Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada sesama makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah SWT: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 21).

Jelaslah bahwa cinta adalah tanda kehidupan ruhani dalam aqidah orang mukmin, seperti halnya cinta juga menjadi dasar dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Selain itu, iman dalam Islam ditegakkan berdasarkan cinta dan kasih sayang, sebagaimana terlukis indah dalam sabda Rasulullah SAW : "Demi Dzat yang diriku ada di tanganNya, kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman dengan sempurna hingga kamu saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR Muslim)

Dalam hadist diatas, Rasullulah SAW menegaskan bahwa jalan menuju ke syurga bergantung kepada iman, dan iman bergantung kepada cinta. Maka cinta adalah syarat dalam iman, rukun dalam aqidah, dan asas dalam agama.
Cinta dalam Islam adalah kaidah dan sistem yang mempunyai batas. Ia adalah penunjuk ke arah mendidik jiwa, membersihkan akhlaq serta mencegah atau melindungi diri daripada dosa-dosa. Cinta dapat membimbing jiwa agar bersinar cemerlang, penuh dengan perasaan cinta dan dicintai.

Sayangnya dalam kondisi saat ini, cinta yang lahir cenderung penuh hawa nafsu dan menyimpang daripada tujuan murni yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita dibuai dengan lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta yang menghanyutkan kita ke dunia khayal yang merugikan. Kini bahkan banyak yang menyalahartikan makna cinta sebenarnya, sehingga terdorong melewati batas pergaulan dan tatasusila seorang mukmin.

Untuk itu, renungkanlah sejenak hakikat kehidupan kita di dunia. Rasullulah SAW bersabda: "Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri." Juga sabda Rasulullah, "Barang siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia mencintai orang lain karena Allah." (HR Hakim dari Abu Hurairah).
READ MORE

Ayah....


Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.
Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu bergumam : "Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran.
Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, yang membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya kepada Ibunya : "Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk ? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"
Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung-jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban sang Ibu.
Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran, mengapa wajah Ayahnya yang tadinya tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi terbungkuk-bungkuk ?

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa kepenasarannya selama ini.
"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi."
"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya."
"Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya."

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya."
"Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dilecehkan oleh anak-anaknya."
"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia terhadap Suaminya, Isteri yang baik adalah Isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup didalam keluarga sakinah dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya."
"Ku-berikan kepada Laki-laki tanggung-jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh Laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, bersuci, berwudhu dan melakukan shalat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdzikir, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya.
"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah."
READ MORE

Karena Permata Itu Dicari, Ukhti


 
Entah kenapa, akhir-akhir ini tampaknya bahasan ini mendominasi. Bagaimana kemuliaan wanita itu teraih dengan ‘melawan arus’ kebanyakan orang, saat semua orang berlomba-lomba menarik perhatian dengan menunjukkan keindahannya, seorang muslimah sejati menutupinya. Ketika kebanyakan muslimah sibuk dengan model jilbab terbaru, ia menjulurkan jilbabnya semakin panjang. Ketika mata kebanyakan wanita terpaut pada manisnya pria-pria korea, ia menundukkan pandangannya (loh? Hehe). Tidak salah. Jilbab, penampilan, tingkahlaku, hanya sedikit dari banyak factor penilaian kemuliaan seorang muslimah.

Maka siapkah, calon bidadari-bidadari surga ini, melawan arus yang satu ini?
Suatu ketika seorang akhwat masuk ke sebuah kampus, dalam waktu yang tidak lama ia segeram menjadi perbincangan seluruh aktivis kampus, termasuk di kalangan ikhwan. Karena apa? Ia adalah seorang akhwat yang memiliki wajah yang bisa dikatakan tidak terlalu mempesona kalau hanya melihat sekilas, tapi manis. Yang menarik adalah sikapnya yang santun, lembut, cerdas, baik hati dan tidak sombong, seorang aktivis kampus sejati dengan hafalan qur’an belasan juz, sangat menjaga diri dari interaksinya dengan lawan jenis, dan...berpenampilan paling rapi dibandingkan akhwat-akhwat yang lain di tempat itu. Ya, mereka menemukan seseorang yang baru, yang lain dari yang lain. Sosok akhwat dambaan ikhwan dan sosok ummahat dambaan ummat, sangat mencintai Allah dan RasulNya, juga memiliki ghirah yang luar biasa dalam perjuangan. Hmm...dia memang bidadari dunia. Jangankan ikhwan, sesama akhwat pun disamping akan iri, juga akan ikut berdebar bila berada di dekatnya. Segan. Subhanallah...

Tetapi, dirinya merasa risih dengan perbincangan seluruh aktivis kampus apalagi setelah diketahuinya tidak sedikit ikhwan yang memendam rasa padanya. Lantas dia bertanya-tanya dalam hatinya, dia sudah menjaga diri sebaik yang ia mampu, tetapi mengapa masih seperti ini? Ia sama sekali tidak pernah berniat ’menggoda’ dan ’menarik perhatian’. Seperti sudah bakat alaminya untuk eksis di suatu komunitas. Maka setiap kali ia teringat betapa orang-orang memperbincangkan dirinya, dan satu dua tiga ikhwan dan seterusnya mulai menyatakan minatnya, dia makin merasa risih hingga berniat menggunakan cadar dengan harapan akan mengurangi intensitas ’gangguan’.

Jika dibandingkan dengan kisah yang ini, jelas akan berbeda.
Seorang akhwat berada di kampus yang sama. Akhwat yang biasa. Tidak cantik, juga tidak terlihat manis. Mungkin jika dilihat lebih saksama akan terlihat garis-garis manis sekaligus keras di wajahnya. Aktivitasnya juga biasa. Mungkin iya sibuk sana sini, tapi tidak banyak yang tahu. Dia sama baik, sama santun, sama menjaga interaksi, tetapi dengan cara yang berbeda. Dia memperlakukan orang sesuai dengan karakternya sehingga seseorang yang berinteraksi dengannya akan merasa nyaman di dekatnya. Interaksi dengan lawan jenis pun berusaha senormal mungkin meski dia tetap meminimalisir interaksi untuk hal-hal yang tidak urgent. Dia sangat biasa. Tidak menjadi perbincangan, jelas. Sangat biasa, karena ia bukan pula aktivis yang terpandang di kampus atau lingkungan sekitarnya. Terkadang ia iri dengan akhwat pertama tapi, ia sangat mengaguminya. Tapi ia sadar betul, bukan itu yang ia cari. Ia tahu, Allah memandangnya. Ya, tidak banyak yang tahu, dia pun sama cinta pada Allah dan RasulNya, dan sama semangat dalam perjuangannya.
Apa yang berbeda? Ya jelas beda laaah....hehe

Memang tampaknya tidak terlihat ada yang tertarik pada akhwat kedua, seolah pandangan semua orang tertarik pada akhwat pertama.
Tapi terlihat ironis ketika akhwat kedua sibuk diuji dalam langkah strategi perjuangannya, akhwat pertama disibukkan dengan strategi mengatasi ’gangguan’ ikhwan, sesuatu yang sudah dijanjikan dan sudah dipastikan Allah ada untuk setiap manusia, disaat Islam, yang diperjuangkannya, terpuruk dan membutuhkan fokus lebih dari para pejuangnya. Mengapa seperti itu?
Mungkin banyak perbedaan diantara keduanya, tapi yang paling dominan disini adalah : Ke’mencolok’kan tingkah.
Akhwat pertama punya satu hal yang mungkin-bisa-disebut-kesalahan, yaitu terlalu mencolok dan siapapun bisa melihatnya. Sekilas ia memang bidadari dunia...tapi bidadari tidak dinikmati semua orang.
Kita tahu, bahwa setiap bagian dari wanita adalah keindahan, dari segi fisik, pemikiran, ruh, semuanya indah. Dan semua itu menggoda, termasuk tingkahnya. Kenapa keseluruhannya begitu menggoda? Karena pada keseluruhan wanita ada setan. Ada setan dalam setiap bagian wanita, bahkan dalam sms pun ada setannya.
Kalau wanita adalah permata, akhwat pertama ada di permukaan. Kilaunya memancar kemana-mana dan semua orang dapat menemukannya. Akhwat kedua, ia terkubur dalam-dalam, tertempa lebih keras di kedalaman, dan kilaunya memang terpancar keluar, tapi tidak semua dapat menemukan sumber kilauannya, tidak semua dapat menemukannya. Ia dilindungi Allah di kedalamannya.

Allah menjaganya lebih dari yang lain, dan hanya merelakannya ditemukan oleh orang yang luar biasa. Yang menemukannya bisa jadi biasa, tapi ia luar biasa, karena dapat menemukan sesuatu yang luar biasa pada sesuatu yang bisasa.
Permata yang tertempa lebih keras jauh lebih indah, bahkan di kedalaman pun kilaunya tetap memancar.
Ya, tidak semua orang dapat menemukannya. Yang menemukannya hanya yang luar biasa. Yakinlah ia luar biasa, ukhti, karena permata itu dicari.
Mungkin saja...mungkin...ini maksudnya ”yang baik untuk yang baik dan yang buruk untuk yang buruk.”

Jangan sampai kita merasa bertemu dalam kondisi yang sama, tapi tidak tahu sama baik atau sama buruk. Ukhti, kau bisa saja luar biasa, tapi hati-hati mendapatkan yang biasa, salah satu dari ribuan yang menaruh perhatian padamu.
Dua akhwat ini hanya satu contoh dari sekian banyak tipe ’muslimah idaman’ yang menarik perhatian banyak orang. Ke’mencolok’kan tidak selalu seperti ini.
Karena permata itu dicari, ukhti...
Teruntuk para ukhti : ayo fokus,,,temukan kedalaman dimana kau dilindungi olehNya. Ayo fokus! Din ini membutuhkan jejakmu lebih untuk tegak. Buktikan dan azamkan, kita tidak akan pernah cemas dengan apa yang telah dijanjikan Allah untukmu. Buktikan, bahwa masalah-sesuatu-yang-pasti ini tidak akan mengganggu konsentrasimu untuk terus bergerak. Ayo buktikan! Karena itu menentukan sedalam apa Allah akan menyimpanmu dan melindungimu. Dan menyelamatkanmu di hari Akhir nanti.

Teruntuk para Akhi : Tetap fokus! Karena itu yang menentukanmu menjadi seseorang yang biasa atau luar biasa. Seseorang yang luar biasa, adalah yang dapat menemukan sesuatu yang luar biasa pada sesuatu yang biasa. Hanya orang biasa yang tertarik pada sesuatu yang luarbiasa dan semua orang juga melihatnya luar biasa. Kau hanya menjadi orang biasa saat menjadi sama dengan banyak orang. Jangan pernah cemaskan sesuatu yang pasti ada untukmu. Tetap fokus! Perjuangan masih panjang. Kau akan menemukannya di perjalanan.^^v tetap maju.

Karena jalan ini tidak mungkin dapat ditempuh oleh orang-orang yang cemas akan masa depan rejeki dan kehidupannya
Hasan Al-Banna
Fokuskan langkah, pikiran dan hati. Katanya mau berjuang??? Jangan cemas. Dan jangan bahas lagi ini, geli ^^
Jangan cemas, karena Sang Cinta sudah menjanjikannya untukmu.

----------
hana muwahhida
hana89_turtle@yahoo.com
READ MORE