Culture inilah yang menjadikan saudara-saudara kita dari salafi, MTA, dan hizbud tahrir sulit berkembang di tanah jawa, apa yang mereka sampaikan sangat sulit diterima oleh orang jawa yang memang faktor budayanya sangat kuat. Hal ini berbeda dengan masyarakat sunda, betawi, maupun daerah jabodetabek yang masyarakatnya sudah siap dengan perubahan.
Masyarakat jawa dimanapun dia berada memiliki kecenderungan lebih akrab dengan sesama orang jawa pula, hal ini karena adanya persamanya dalam kebiasaan hidup sehari-hari, adat istiadat, jenis makanan yang sesuai, cara bersosialisasi dan cara memaknain hidup. Bahkan di jawa sendiri sangat sedikit kita jumpai suku lain selain orang jawa baik di kota besar , apalagi di desa-desa, hampir tidak ditemukan suku lain selain etnik jawa. Hal ini berbeda sekali di jabodetabek maupun dikota-kota besar selain di jawa (tengah dan timur), dimana sangat mudah kita jumpai orang jawa.
Kembali mengenai Islamnya orang jawa.... Islam di masyarakat jawa lebih dipahami sebagai ajaran yang turun termurun dari pendahulu mereka baik orang tua, para kyai-kyai yang sangat kental atau tidak terpisahkan dari adat istiadat mereka yang banyak dipengaruhi oleh sisa kebudayaan agama Hindu dari kerajaan-kerajaan yang ada di tanah jawa.
Sebenarnya bukan masyakarat jawa tidak tahu bahwa yang mereka lakukan adalah adat istiadat yang identik dengan agama Hindu. Mereka juga tahu bahwa Nabi Muhammad dalam mendakwahkan agama Islam tidak seperti mereka. Namun pandangan sebagian besar masyarakat jawa adalah bahwa adat istiadat selama tidak bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadist, maka hal ini boleh dilakukan.
Satu hal yang makin memperuncing keadaan adalah campaign besar-besaran dari temen-temen Salafi yang membid'ah kan aktivitas mereka, dan menyebutnya sebagai sesuatu yang sesat, dan sesat itu tempatnya ada di neraka.
DEFENCE...... adalah selama ini yang dipahami, dirasakan bersama-sama oleh hampir seluruh masyarakat jawa karena merasa diserang dan diganggu kehidupannya.
Berdakwah kepada masyarakat jawa tidak akan pernah berhasil bila metode-metode yang dipergunakan sama dengan daerah jabodetabek yaitu dengan tausyiah dan cenderung menggurui bahkan dengan terang-terangan menyalahkan hal-hal yang menjadi kebiasaan mereka secara turun temurun. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, mereka justru merasa di lecehkan oleh tindakan-tindakan ustad-ustad yang tidak faham culture dan sosial kemasyarakatan orang jawa.
Berdakwah kepada orang jawa adalah dengan cara berbaur dengan kehidupan mereka, berbaur dengan adat istiadat mereka, lalu mewarni mereka dari dalam, seperti itulah yang dilakukan para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa.
Kita wajib berterima kasih dan bangga dengan para Walisongo yang telah berhasil meng-Islamkan orang jawa, namun rupanya ada proses dakwah yang belum sepenuhnya selesai.
Tugas kitalah yang wajib meneruskannya.
Abi Izzat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar